Masih terasa sekali suasana Lebaran tahun 2024 diseluruh wilayah Indonesia. Di kota Bandung yang sejuk dan nyaman, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 13 April 2024, merupakan hari yang bersejarah khususnya bagi dua orang kerabat Pramuka yang bernama Luke Hilman Bachrum dan Prijo Mustiko. Kami berdua sewaktu usia Pramuka Penggalang terpilih sebagai Anggota Kontingen Pertama Gerakan Pramuka ke Jambore Dunia XII yang berlangsung pada tanggal 1~9 Agustus 1967 berlokasi di Farragut State Park, Idaho, Amerika Serikat. Anggota kontingen lainnya adalah: Bondan Winarno sebagai Pemimpin Regu, wakil dari Kwarda Jawa Tengah; Mailan Djamil sebagai Wakil Pemimpin Regu, wakil dari Kwarda Sumatera Selatan; Basuki wakil dari Kwarda DKI Jakarta Raya, Bambang Ruseno wakil dari Kwarda Jawa Timur; Mohammad Affandi wakil dari Kwarda Jawa Barat; Riky Kamil wakil dari Kwarda Jawa Barat. Dan kami berdua yaitu Luke Hilman Bachrum wakil dari Kwarda Jawa Barat dan Prijo Mustiko wakil dari Kwarda Daerah Istimewa Yogyakarta. Para Pembina pendamping Kontingen adalah para tokoh Andalan Nasional Kwarnas berjumlah tiga orang yakni kak Idik Sulaeman, kak Soesanto Martodihardjo dan kak Benny Supangat Sumarto.
Begitu jumpa pada pagi hari yang cerah itu, kak Prijo nampak sumringah ketika melihat saya keluar dari dalam rumah untuk membukakan pintu gerbang di Jalan Libra VI nomor 5, Gumuruh, Batununggal, Kota Bandung. Kami yang sudah 57 tahun tidak bertatap-muka secara langsung, berpelukan erat layaknya saudara. Kak Dian, istri kak Prijo, menyaksikan moment ini dan memotretnya dengan kamera HP nya. Kami berdua langsung saling mengingat tentang suka-duka ikut serta Jambore Dunia XII dan membahas memorabilia yang masih tersimpan rapi milik kak Luke, antara lain Vandel besar yang berisi badge Scout/Pandu dari berbagai negara, Baju Seragam Pramuka lengkap, baju Batik, sampai dengan Kartu Bagasi penumpang Pesawat pun masih tersimpan lengkap serta pernak-pernik koleksi memorabilia lainnya.
Kami berdua jadi teringat bahwa keikutsertaan Kontingen Penggalang Pramuka pada Jambore Dunia XII ini merupakan peristiwa penting yang patut dikenang dan dicatat dalam Sejarah Gerakan Pramuka. Pasalnya beberapa tahun sebelumnya Gerakan Pramuka pernah menyatakan keluar dari keanggotaan Organisasi Pandu Dunia (World Organization Scout Movement) dengan alasan politik pada masa kepemimpinan Presiden Sukarno. Namun pada tahun 1967, awal masa Orde Baru, secara mendadak pada bulan Juni 1967 memperoleh Undangan khusus dari WOSM dan Boy Scout of America (BSA) untuk mengikuti Jambore Dunia XII di Idaho dan World Scout Conference di Seatle, Amerika Serikat. Kemudian Ketua Kwarnas, kak Sultan Hamengku Buwono IX merespon cepat dengan membentuk Kontingen Gerakan Pramuka untuk menghadiri kedua acara besar Kepanduan Dunia tersebut. Setelah upacara pelepasan di rumah dinas Ka Kwarnas dengan mencium Sang Saka Merah Putih yang kemudian dibawa ke arena Jambore Dunia. Maka berangkatlah Kontingen Regu Rajawali beranggotakan delapan Pramuka Penggalang didampingi 3 orang Pembina Pramuka, selama tiga hari tiga malam naik pesawat menuju ke negeri Paman Sam.
Dua Sosok Kerabat Pramuka
Sosok kepribadian kak Luke Hilman Bachrum sebagai Pramuka Sejati ternyata sudah nampak sejak usia remaja. Salah satu putra dr.Bachrum, mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung ini, sudah aktif sebagai anggota Pandu sejak akhir tahun 1957, sebagai calon Welp/Pemula di Kepanduan Katolik Tarsisius 2, lokasi latihannya di halaman pabrik roti Valkenet, jalan Malabar, Kota Bandung. Kemudian pada awal tahun 1959 pindah ke Kepanduan Martin de Porres yang lokasi latihannya di lapangan Santo Aloysius jl.Sultan Agung No.4~8 Kota Bandung. Dilantik menjadi Welp/Pemula Bungsu pada bulan Juli 1959. Uniknya kak Luke tetap menganut Agama Islam tetapi di gudep ini kak Luke belajar dan digembleng tentang kedisiplinan sebagai Pandu sampai dengan saatnya Organisasi-organisasi Kepanduan diseluruh Indonesia menjelang bulan Mei tahun 1961 disatukan oleh Pemerintah menjadi Gerakan Pramuka.
Pada masa Penggalang, kak Luke adalah Pemimpin Regu Harimau di Pasukan Penggalang Gudep Kota Bandung 19. Pada tahun 1966 Regu Harimau menjadi Regu Juara Lomba Tingkat II Kota Bandung; pada waktu itu Kwartir Ranting belum terbentuk. Selanjutnya Regu Harimau Bandung 19 yang dipimpin kak Luke, mewakili Kota Bandung ke Lomba Tingkat III Jawa Barat. Kemudian terpilihlah kak Luke sebagai salah satu anggota Kontingen Pramuka Penggalang mengikuti Jambore Dunia XII di Idaho, Amerika Serikat. Di arena Jambore Dunia ini, kak Luke menunjukkan kepiawaiannya sebagai seorang Pandu/Pramuka yang mumpuni dan memotivasi dengan penuh kesabaran kepada anggota regu lainnya, maka terpilihlah kak Luke mewakili Indonesia sebagai Pengibar Bendera USA pada waktu Upacara Hari Pertama Kegiatan Jambore Dunia XII di Idaho, Amerika Serikat.
Selepas mengikuti Jambore Dunia XII kembali ke tanah air, kak Luke masih terus aktif dan setia di Gerakan Pramuka sebagai Pramuka Penggalang, kemudian naik ke golongan Penegak pada akhir tahun 1967 di Gugus Depan Kota Bandung 19. Usai masa Penegak, pada akhir tahun 1972 aktif sebagai Pembantu Pembina Penggalang. Pramuka golongan Pandega baru terbentuk pada tahun 1975. Maka sebagai Pembina Pramuka, pada tahun 1974 kak Luke mengikuti KBD (Kursus Pembina Dasar; beberapa tahun kemudian menjadi KMD/Kursus Mahir Dasar) dan kak Luke berlanjut mengikuti Kursus Mahir I th. 1977, Mahir II th. 1978 dan Mahir III Lengkap th. 1979.
Pada tahun 1980 menjadi Pelatih Pembina Pramuka Kota Bandung setelah mengikuti Kursus Pelatih Dasar (KPD). Tahun 1984 lulus Kursus Pelatih Lanjutan (KPL) dan pada tahun 1997 mengikuti Kursus Pelatih Lanjutan Plus (KPL Plus) di Cibubur Jakarta. Periode 2017~2021 kak Luke yang sudah menyandang penghargaan Melati (2009), adalah Anggota Dewan Pertimbangan Pendidikan dan Pelatihan Pusdiklatcab Kota Bandung; kemudian Anggota Dewan Kehormatan Kwarcab Kota Bandung (2022~2024). Kak Luke merupakan salah satu inisiator dan editor buku “Jadi Pandu Ibuku”, yang diterbitkan dalam rangka memperingati Setengah Abad Gerakan Pramuka Gugusdepan Kota Bandung 07019 dan 07020.
Sedangkan sosok kak Prijo Mustiko, salah satu putra Ki Hadisukatno tokoh Seniman besar Yogyakarta dari Tamansiswa, adalah seorang Pramuka yang kalem, berpendirian kuat, pemikir dan piawai membuat karya tulis; salah satu karya tulisnya adalah “Menjaga & Merawat Budaya”. Ceritera dan judul dari karya tulis ini, penggagasnya adalah kak Prijo Mustiko. Selanjutnya adalah perihal keaktifan kak Prijo di Gerakan Pramuka yaitu berawal di tahun 1964~1967 sebagai Pramuka Penggalang di Gudep Yogyakarta 103, berpangkalan di Ibupawiyatan Tamansiswa Yogyakarta; tahun 1966 ikut serta Gladian Pemimpin Regu (DianPinru) Kwarcab Kota Yogyakarta, Pratama (Pemimpin Regu Utama) Pasukan Penggalang Gudep Yogyakarta 103; tahun 1967 terpilih sebagai anggota Regu Rajawali Kontingen Pertama Gerakan Pramuka ke Jambore Dunia XII di Idaho, USA; periode 1968~1970 Pramuka Penegak di Gudep yang sama; 1969~1970 Ketua DKC Pertama Kota Yogyakarta; 1971~1973 Ketua DKD Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 1975~1976 menjadi salah satu Instruktur LPK Nasional I di Ciloto dan LPK II di Kuningan Jakarta; tahun 1983~1987 sebagai Andalan Daerah urusan Litbang Kwarda XII DIY; tahun 2015~2020 sebagai Sekretaris II Mabidari DIY, Ketua Dewan Kehormatan Kwarda DIY; Pada masa bakti tahun 2021~2025 menjadi Anggota Mabida DIY, Anggota BPP Pusdiklatda DIY.
Pada usia 25 tahun saat selesai masa sebagai Peserta Didik yaitu di tingkat Pandega, kak Prijo ditanting oleh Pembinanya yaitu kak Suwadi yang mengatakan : “ Di alam giat Penegak/Pandega ada filosofi “Tongkat Bercabang Dua”; manakala adik selesai menjalani masa Penegak/Pandega, boleh memilih untuk Berbakti di dalam atau di luar Gerakan Pramuka”. Setelah merenungkan hal tersebut, kak Prijo memutuskan untuk berbakti di luar. Pada tahun 2019 kak Prijo memperoleh Lencana Darma Bakti sebagai tanda penghargaan darma-baktinya baik kepada Gerakan Pramuka maupun bagi Bangsa dan Negara.
Sebuah Refleksi
Setiap peserta Jambore Dunia pasti memiliki kenangan pengalaman tak terlupakan yang bermanfaat atau berguna bagi dirinya maupun yang bisa ditularkan kepada sesama Pramuka bahkan bagi setiap kaum muda Indonesia. Sebagai refleksi setelah sekian puluh tahun yang lalu pernah menjadi anggota Kontingen Pramuka Penggalang mengikuti Jambore Dunia XII Idaho, Amerika Serikat, dapat diuraikan sebagai berikut:
- Jambore Dunia merupakan peristiwa Kegiatan Besar Kepanduan/Kepramukaan tingkat Dunia atau Internasional, sebenarnya setara dengan event internasional lainnya seperti Olimpiade ataupun Lomba Sain Internasional, maka sejatinya peserta Jambore Dunia adalah seorang Duta Bangsa yang mewakili Bangsa dan Negara Indonesia. Artinya mereka harus benar-benar menjaga nama baik Bangsa dan Negaranya dari aspek budaya, sosial bahkan secara politik.
- Disamping sebagai duta bangsa maka peserta Jambore Dunia juga bisa berperan sebagai Diplomat Muda yang ikut serta menebarkan nilai perdamaian dunia dengan semangat “Scout Brotherhood” kepada para peserta Jambore Dunia yang berasal dari segala penjuru dunia tanpa dihalangi perbedaan ras, warna kulit, budaya maupun kepercayaan agama.
- Pengalaman ikut serta Jambore Dunia perlu diceriterakan kepada siapapun, terutama kepada para Pramuka, sebagai hal yang positif untuk memotivasi agar menjadi insan Indonesia berKarakter Pancasila.
Akhirnya harapan kami berdua semoga ke depan keikut-sertaan para Pramuka Penggalang dalam setiap penyelenggaraan Jambore Dunia merupakan ajang menempa diri dan memperteguh jiwa dan raga setiap Pramuka berkiprah di tingkat Internasional. Kami berdua mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT/Tuhan Yang Maha Kuasa, masih diberi kesempatan untuk berdarma-bakti sebagai Pramuka bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Kak Luke berucap: “semoga panjang usia dengan tetap sehat ya kak Prijo, di lain waktu dan kesempatan mudah-mudahan kita bisa bersua kembali”; Aamiin ……….
***
Tulisan kiriman dari Kak Andi
Foto: Mutiara Adriane
Jakarta – Bandung, 19 April 2024